Laman

Rabu, 30 Mei 2012

EKOLOGI LAUT

EKOLOGI LAUT

Ekologi laut merupakan ilmu yang mempelajari tentang Ekosistem air laut. Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang, dan padang lamun. Berikut penjelasan tentang ekologi laut.

  1. Laut
Habitat air laut (oceanic) ditandai oleh salinitas yang tinggi dengan ion Cl- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termocline.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

  1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.
  • Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
  • Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
  • Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
  • Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
Gambar 1. Pembagian Ekosistem air laut berdasaarkan kedalamannya
  1. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut :
    • Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
    • Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200 1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
    • Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
    • Abisal pelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
    • Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman
      lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
Organisme-organisme yang hidup di laut antara satu pembagian daerah dengan daerah lain berbeda-beda. Berikut gambarannnya :
Gambar 2. Organisme yang terdapat di zona Pelagic laut : (a) Chaetoceros; (b) Biddulphia; (c) Nitzchia; (d) Gymnodinium; (e) Tallassiosira; (f) ceratium; (g) Coccolithophoorids; (h) Favella; (i) Globigerina; (j) Protocystis; (k) Clione; (l) Calanus; (m) Pelagia; (n) Tomopteris; (o) Saggita; (p) Euphausia; (q) Balaenoptera; (r) Physeter; (s) Apherusa; (t) Cylocsalpa.

Gambar 3. Ikan-ikan yang terdapat di kedalaman laut: (a) Argyropelecus; (b) Bthypterois; (c) Linophryne; (d) Lasiognatus; (e) Malacostus; (f) Edriolynchus; (g) Gigantactis; (h) Macropharynx

Gambar 4. Binatng bentik yang terdapat di laut dalam : (a) Eremicaster; (b) Ophiura; (c) Odostomia; (d) Diastylis; (e) Ischnomesus; (f) Storthyngura; (g) Neotanais.

Gambar 5. Organisme yang terdapat di zona neritik laut. (a) Ulva; (b) Ectocarpus; (c) Alaria; (d) Sargassum alga cokelat; (e) Rhodimenia; (f) Polyshiphonia; (g) Podon; (h) Phtisicia; (i) Thia larva; (j) Branacle nauplius; (k) Acartia; (l) Phyllosoma larva dari lobster; (m) Plathynereis; (n) Ostrea; (o) Snail Larva; (p) Larva Brittle Bintang; (q) Gadus; (r) Solea.

  1. Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Sebagai daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai.









Gambar 6. Ilustrasi kehidupan ekosistem pantai (pesisir)
Tumbahan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut bergerombol membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut formasi. Setiap formasi diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan.
Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, yaitu hutan bakau. Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan dasarnya terdiri atas lumpur.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi dua, yaitu formasi Pres-Caprae dan formasi Baringtonia
1. Formasi Pres-Caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
2. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.
Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

  1. Estuari

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air. Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau Drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut.
Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air sungai, kisaran pasang surut, dan bentuk garis pantai. Kebanyakan estuaria didominasi subtrat Lumpur yang berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel yang mengendap kebanyakan bersifat organik, subtrat dasar estuaria biasanya kaya akan bahan organik. Bahan organic ini menjadi cadangan makanan utama bagi organisme estuaria. Berikut gambar beberapa contoh estuaria:
Klasifikasi
  1. Estuaria berstratifikasi nyata atau bajigaram dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut, didapatkan dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominant ketimbang penyusupan air laut.
  2. Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical, pengaruh pasang surut sangat dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan tidak membentuk stratifikasi.
  3. Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat), paling umum dijumpai. Aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut bersama arus pasang.
Berikut penjelasan pada gambar dibawah ini:
Biota estuaria
  1. Hewan
  • Spesies endemik (seluruh hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai macam kerang dan kepiting serta berbagai macam ikan.
  • Spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa spesies udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut.
  • Spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke sungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan salmon.
  1. Tumbuhan
    • Tumbuhan Lamun (sea grass)
    • Algae makro (sea weeds) yang tumbuh di dasar perairan.
    • Algae mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun lamun.
Karakteristik estuaria
  1. Keterlindungan: karena estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan terlindung dari gelombang laut yang memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva kerang-kerangan menetap di dasar perairan.
  2. Kedalaman: relativ dangkal→ memungkinkan cahaya matahari mencapai dasar perairan→ tumbuhan akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan, karena dangkal memungkinkan penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan cepat serta menangkal masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal).
  3. Salinitas air: air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota yang padat,aliran yang berlapis juga menguntungkan.
  4. Sirkulasi air: perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan salinitas menciptakan suatu system gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi dalam air, yaitu plangton.
  5. Pasang: energinya merupakan tenega penngerak yang penting, antara lain mengangkut zat hara dan plangton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
  6. Penyimpanan dan pendauran zat hara: kemampuan menyimpan energi, daun pohon mangrove dan lamun serta alga mengkonversi zat hara dan menyimpanyasebagai bahan organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh organisme hewani.
Produktivitas Hayati Estuaria
Ekosistem estuaria merupakan ekosistem yang produktif. Produktivitas hayatinya setaraf dengan prokduktivitas hayati hutan hujan tropik dan ekosistem terumbu karang. Produktivitas hayati estuaria lebih tinggi ketimbang produktivitas hayati perairan laut dan ketimbang perairan tawar sebab:
  1. Estuaria berperan sebagai penjebak zat hara.
Jebakan ini bersifat fisik dan biologis. Ekosistem estuaria mampu menyuburkan diri sendiri melalui :
    • Dipertahankanya dan cepat di daur ulangnya zat-zat hara oleh hewan-hewan yang hidup di dasar esutaria seperti bermacam kerang dan cacing.
    • Produksi detritus, yaitu partikel- partikel serasah daun tumbuhan akuatik makro (makrofiton akuatik) seperti lamun yang kemudian di makan oleh bermacam ikan dan udang pemakan detritus.
    • Pemanfaatan zat hara yang terpendam jauh dalam dasar lewat aktivitas mikroba (organisme renik seperti bakteri ), lewat akar tumbuhan yang masuk jauh kedalam dasar estuary, atau lewat aktivitas hewan penggali liang di dasar estuaria seperti bermacam cacing.
  1. Di daerah tropik estuaria memperoleh manfaat besar dan kenyataanya bahwa tetumbuhan terdiri dari bermacam tipe yang komposisinya sedemikian rupa sehingga proses fotosintesis terjadi sepanjang tahun. Estuaria sering memiliki tiga tipe tumbuhan, yaitu tumbuhan makro (makrofiton) yang hidup di dasar estuary atau hidup melekat pada daun lamun dan mikrofiton yang hidup melayang-layang tersusvensi dalam air (fitoplangton). Proses fotosintesis yang berlansung sepanjang tahun ini menjamin bahwa tersedia makanan sepanjang tahun bagi hewan akuatik pemakan tumbuhan. Dalam hal ini mereka lebih baik, dinamakan hewan akuatik pemakan detritus, karena yang dimakan bukan daun segar melainkan partikel-partikel serasah makrofiton yang dinamakan detritus.
  2. Aksi pasang surut (tide) menciptakan suatu ekosistem akuatik yang permukaan airnya berfluktuasi.
Pasang umumnya makin besar amplitudo pasang surut, makin tinggi pula potensi produksi estuaria, asalkan arus pasang tidak tidak mengakibatkan pengikisan berat dari tepi estuaria. Selain itu gerak bolak-balik air berupa arus pasang yang mengarah kedaratan dan arus surut yang mengarah kelaut bebas, dapat mengangkut bahan makanan, zat hara, fitoplanton, dan zooplangton.
Peran Ekologis Estuaria
Secara singkat, peran ekologi estuaria yang penting adalah :
  • Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian estuari yang jauh dari garis pantai maupun yang berdekatan denganya, lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation).
  • Menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan (feeding ground).
  • Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup dilepas pantai, tetapi bermigrasi keperairan dangkal dan berlindung untuk memproduksi dan/atau sebagai tempat tumbuh besar (nursery ground) anak mereka.
  • Sebagai potensi produksi makanan laut di estuaria yang sedikit banyak didiamkan dalam keadaan alami. Kijing yang bernilai komersial (Rangia euneata) memproduksi 2900 kg daging per ha dan 13.900 kg cangkang per ha pada perairan tertentu di texas.
Andaikata 2 kkal per gram berat basah, hasil ini berarti sekitar 580 kkal per m, atau sebanding dengan hasil ikan dari kolam buatan yang di kelola dan di pupuk paling intensif, tentu saja dengan mengigat bahwa tempat pemeliharaan kijing memerlukan masukan energi dari perairan yang berdekatan.
  • Sebagai tempat budidaya tiram dengan rakit seperti diterapkan di jepangan, dapat meningkatkan lima sampai sepuluh kali dari panen yang diperoleh populasi liar. Sehingga dapat menghasilkan makanan berprotein sebanyak 2.000 kkal per m setiap tahun (Burukawa, 1968).


  1. Terumbu Karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
Seluruh ekosistem di dunia disebut biosfer. Dalam biosfer, setiap makhluk hidup menempati lingkungan yang cocok untuk hidupnya. Lingkungan atau tempat yang cocok untuk kehidupannya disebut habitat. Dalam biologi kita sering membedakan istilah habitat untuk makhluk hidup mikro, seperti jamur dan bakteri, yaitu disebut substrat.
Dua spesies makhluk hidup dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memiliki relung (nisia) berbeda. Nisia adalah status fungsional suatu organisme dalam ekosistem. Dalam nisianya, organisme tersebut dapat berperan aktif, sedangkan organisme lain yang sama habitatnya tidak dapat berperan aktif. Sebagai contoh marilah kita lihat pembagian nisia di hutan hujan tropis.
Terumbu karang adalah ekosistem yang unik diantara ekosistem yang lainnya, karena ekosistem ini tersusun dari deposit kapur kalsium karbonat (CaCo3)yang sebagian besar dibentuk oleh karang sehingga paktor linkungan yang mempengaruhi pertumbuhan karang juga mempengaruhi keberadaan ekosistem (White, 1987). Terumbu karan hanya terdapat di laut tropik. Penghasil utama kalsium karbonat ini adalah karang pembentuk terumbu karang yaitu karang hermatipik (stony/hard corals). Suatu hewan avertaberata yang termasuk filum cnidaria, kelas anthozoa, ordo scelerectina yang mirif dengan ubur-ubur, dengan sedikit penambahan deposit kalsium karbonat., dan jenis mikro alga atau ganggang laut yang bersimbiosi dengan karang.

















Gambar 8. Struktur Terumbu Karang
Karang memiliki tentakel yang mengelilingi mulut dan dalam tentakel tedapat sel penyengat (nematokis) yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsanya, dengan tentakel tersebut individu karang dinamakan polip karang. Warna tentakel karang keras secara umum tidak berwarna atau bening seperti ubur-ubur, namun ada pula beberapa coklat mudah, polip karang keras umumnya hidup berkoloni. Dan mereka menyatukan rangka kapur satu dengan yang lainnya, sehingga dari luar mereka terlihat seperti batu kapur. Kelompok karang lainya yang terdapat di terumbu karang adalah kelompok karang lunak, kelompok anemon, dan kelompok kipas laut. Dengan adanya kelompok-kelompok karang maka terbentuk lah suatu hamparan terumbu karang di mana di dalamnya tedapat beberapa tumbuhan dan berbagai hewan laut lainya.

Simbiosis Mutualime Polip Karang dengan Zooxantellae
Polip karang bersimbiosis dengan alga bersel tunggal (monuceluler), yang terdapat dalam jaringan endoderm karang. Alga ini termasuk dalam dinopllagelata marga symbiodinium yang mempumyai klorofil untuk proses fhotosintesis. Alga ini dapat disebut sebagai zooxantellae.







Gambar 9. Terumbu Karang Ketika Berkoloni
Zoxantellae mendapatkan keuntungan karena ia mendapat tempat tinggal yang aman di dalam tubuh si polip karang keras. Sedangkan polip karang keras mendapatkan keuntungan karena mendapatkan makanan dari hasil fhotosintesis alga yaitu oksigen dan energi. Hasil metabolisme makanan dari karang diambil Zoxantellae untuk proses photosintesis dengan bantuan sinar matahari, kemudian hasilnya di manfaatkan polip karang. Dengan demikian keduanya saling ketergantungan dan tidak dapat bertahan hidup tanpa ada salah satunya. Zoxantellae adalah salah satu penyusun karang yang paling penting. Tanpa peran zooxantella terumbu karang tidak akan terbentuk karena polip karang keras tidak akan dapat hidup tanpa Zoxantellae.

Syarat-Syarat Karang Dapat Berkembang dengan Baik
Perairan bersih, bebas sediment, dan polusi, perairan yang masih bisa tembus cahaya, ada beni (planula), adanya arus, ada subtrat untuk menempel, kekeruhan dan pencerahan, ada gelobang, suhu atau temperature (suhu yang paling baik adalah 18 – 40 pada suhu yang optimal adalah 23 – 25), kedalaman air antara 1-50 meter kedalaman optimalnya 25 meter secara pertikal dan horizontal, dan salinitas antara 30-36 %.


Tipe Terumbu Karang
Terdapat tiga tipe terumbu karang, yaitu 1. terumbu karang tepi (fringing reef/shore reef), 2. terumbu karang penghalang (barrier reef), 3. terumbu karang cincin atau atoi.
Terumbukarang cincin atau atoi merupakan terumbu karang yang berbentuk cincin yang muncul dari perairan dalam dan jauh dari daratan.
Terumbu karang tepid dan terumbu karang penghalang berkembang sepanjang pantai. Perbedaanya adalah bahwa terumbu karang penghalang terdapat lebih jauh dari daratan dan terdapat di perairan yang lebih dalam disbanding dengan terumbu karang tepi. Karenanya kedua tipe ini sering di kelompokan. Diasia tenggara termasuk Indonesia terumbu karang tepi merupakan tipe yang paling umum didapatkan.
Perkembang Biakan pada Karang

















Gambar 10. Proses Perkembangbiakan Terumbu Karang
  1. Secara Aseksual.
Polip karang keras dapat berkembang biak secara aseksual, yakni tanpa peleburan sel sperma dan sel telur. Mereka dapat berkembang biak antara lain dengan cara membelah diri, bertunas, dan fragmentasi. Membelah diri berarti dari satu polip karang kemudian membentuk kembaranya dan menjadi dua polip karang, demikian seterusnya sehingga terbentuk koloni karang. Bertunas yakni dari satu polip karang keras kemudian muncul polip karang baru seperti pada tunas pepohonan. Secara Frag mentasi yakni dengan terlepasnya salah satu dari bagian polip karang keras berikut rangkanya. Jika kondisi alam menguntungkan, maka bagian yang terlepas itu kemudian hidup menempel dan membentuk koloni baru.
  1. Secara seksual
    • Satu polip karang kers dapat mengeluarkan sel telur ke air, dan polip karang keras yang lain dapat melepaskan sel sperma ke air.
    • Di dalam air sel telur dan sel sperma itu akan melebur menjadi satu dan membentuk larva (planula), yakni calon atau benih polip karang keras yang baru.
    • Setelah menjalani hidup seperti plangton selama 1 bulan, larva karang keras akan menuju dasar laut dan mencari subtract untuk menempel. Tempat keras/ subtract yang dicari pada umunya adalah timbunan kapur, atau bekas rangka kapurdari suatu koloni karang yang telah mati.
    • Setelah larva karang keras menempel, ia akn berubah menjadi satu polip karang keras. Kemudian dari satu polip karang keras ini ia kembali berkembang biak secara membelah diri dan bertunas sehingga terbentuklah koloni karang keras yang baru.
Peran Terumbu Karang
  • Terumbu karang penghalang melindungi pantai dari hempasan ombak → mencegah terjadinya erosi pantai dan kerusakan lain yang diakibatkan oleh aksi gelombang.
  • Terumbu karang menyadiakan tempat tinggal, tempat mencari makan (feeding groud), tempat pengasuhan (nusery ground), dan tempat pemijahan (spawning ground) bukan saja bagi biota laut yang hidup di terumbu karang tetapi juga bagi biota laut yang hidup di perairan di sekitarnya.
  • Sebagai sumber makanan dan mata pencaharian nelayan.
  • Sumber bahan dasar untuk obat-obatan dan kosmetik seperti dari beberapa jenis alga atau rumput laut.
  • Sebagai objek wisata dan sebagai sarana rekreasi masyarakat.
  • sebagai sumber bibit budidaya dan menunjang kegiatan pendidikan dan penelitian.

Pemanfaatan Sumber Terumbu Karang oleh Manusia
    • Berbagai sumber terumbu karang dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tak langsung oleh manusia. Usaha penangkapan ikan, udang, teripang dan penyu merupakan salah satu bentuk pemanfaatan langsung.
    • Jenis pemanfaatan langsung lain yang terdapat di Indonesia adalah penambangan karang batu sebagai bahan konstruksi dan bahan baku pembuatan kapur. Penambangan karang batu dapat menimbulkan kerusakan fisik pada terumbu, sehingga terumbu karang tidak lagi berfungsi baik sebagai penahan hempasan ombak. Akibatnya, timbul erosi pantai di daratan yang berhadapan dengan terumbu dan kerusakan fisik pada struktur yang terdapat di pantai.
  1. Padang Lamun
Tumbuhan lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga dan berpembuluh (vascular plant) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam air laut. Tumbuhan lamun jelas memiliki akar, batang, daun, buah dan biji. Lamun termasuk dalam kelas monocotyledoneae, anak kelas Alismatidae sukunya Hydroecharitaceae dengan contoh jenis Syrinsodium isoetifolium tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang memungkinkan hidup di lingkungan laut yaitu:
      1. Mampu hidup di media air asin
      2. Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam
      3. Mempunyai system perakaran jangkar yang berkembang baik
      4. Mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan terbenam
Lamun memiliki perbedaan yang nyata dengan tumbuhan yang hidup terbenam dalam laut lainnya seperti makro alga atau rumput laut (sea weeds). sea weed termasuk dalam difisi thallophys (tumbuh-tumbuhan berthalus), warna menjadi ciri khas tumbuhan ini, sifat khas difisi ini adalah antara akar, batang dan daun belum bias dibedakan.







Gambar 11. Perbedaan Lamun dengan Alga (Agar-Agar)
Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan rantai yang dasarnya berupa Lumpur, pasir, krikil, dan patahan karang mati, dengan kedalaman 4 meter dalam perairan yang sangat jernih. Beberapa jenis lamun bahkan ditemukan tumbuh sampai 8-15 meter dan 40 meter.
Tempat yang banyak ditumbuhi lamun membentuk suatu ekosistem yang dinamakan padang lamun. Padang lamun adalah suatu hamparan ekosistem yang sebagian besar terdiri dari tumbuhan lamun dan dihuni oleh berbagai jenis biota laut seperti Bintang Laut, teripang, rumput laut (ganggang laut), dan berbagai jenis ikan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa semakin lebat padang lamun, maka keanekaragaman dan kelimpahan spesies ikan akan meningkat, padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal yang tersusun atas satu jenis lamun yang membentuk padang lebat (monospesifik) dan dapat juga membentuk vegetasi campuran yang terdiri dari 2-12 jenis lamun yang tumbuh bersama-sama pada satu subtract. Pada spesies lamun yang biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah thallassia Hemprichii, enhalus Acroides, Halophila ovalis, Halodule universis, Chymodocea serrulata, Thalassodendron ciliatum.
















Gambar 12. Beberapa Laum yang umum ditemukan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi distribusi dan pertumbuhan lamun adalah: kecerahan, temperature, salinitas, substrat dan kecepatan arus.
  1. Kecerahan
Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanakan proses fotosintesis. Hal ini terbukti dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa distribusi lamun hanya terbatas pada perairan yang tidak terlalu dalam.
  1. Temperatur
Kisaran suhu optimal bagi lamun adalah 28-300 C. Kemampuan proses fotosintesis akan menurun dengan tajam apabila tempereatur perairan berada di luar kisaran optimal tersebut.

  1. Salinitas
Spesies lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu 10-40%o. Nilai salinitas optimum untuk lamun 35%o. Salah satu factor yang menyebabkan kerusakan ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas yang diakibatkan oleh berkurangnya suplai air tawar dari sungai.
  1. Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe subtract, mulai dari Lumpur sampai sediment dasar yang terdiri dari endapan Lumpur halus sebesar 40%. Kedalaman substrat berperan dalam menjaga stabilitas sediment yang mencakup 2 hal, yaitu pelindung tanaman dari arus air laut, dan tempat pengolahan serta pemasok nutrient.
  1. Kecepatan Arus Perairan
Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh.



Perkembangbiakan dan Pemanfaatan Lamun
Reproduksi lamun dapat dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dengan membentuk stolon, secara seksual dengan hydrophilus: plennya tersebar di badan air dan epihidrophyly: polennya berada dipermukaan air.
Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada padang lamun ada berbagai penghuni tetap ada  pula yang bersifat sebagai pengunjung. Hewan   yang  datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah atau
mengasuh anaknya seperti ikan. Selain  itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii (Nontji, 1987).
Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna.
Pada padang lamun ini hidup  berbagai macam spesies hewan, yang berassosiasi dengan padang lamun. Di perairan Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang berassosiasi dengan  beberapa jenis ikan. Di teluk Ambon di temukan 48 famili dan 108 jenis ikan. Di Teluk Ambon ditemuklan 48 famili dan 108 jenis ikan adalah sebagai penghuni lamun, sedangkan di Kepulauan Seribu sebelah utara Jakarta di temukan 78 jenis ikan yang berassosiasi dengan padang lamun. Selain ikan, sapi laut dan penyu serta banyak hewan invertebrata yang  berassosiasi dengan padang lamun, seperti: Pinna sp, beberapa Gastropoda, Lambis, Strombus, teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus doratum) yang ditemukan di Florida selatan (Nybakken, 1988)
Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian padang lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah Enhalus acoroides, sehingga burung-burung berdatangan mencari makann di padang lamun ini (Nontji, 1987).
Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut  dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui  bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:
  1. Sebagai Produsen Primer
Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang  (Thayer et al. 1975).
  1. Sebagai Habitat Biota
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan  dan makan   dari berbagai  jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).
  1. Sebagai Penangkap Sedimen
Daun lamun yang  lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan  dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan  dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi ( Gingsburg & Lowestan 1958).
  1. Sebagai Pendaur Zat Hara
Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif. ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:
  • Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui I tekanan–tekanan dari  arus dan gelombang.
  • Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
  • Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
  • Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
  • Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
  • Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupuin secara modern.
Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :
  1. Digunakan untuk kompos dan pupuk
  2. Cerutu dan mainan anak-anak
  3. Dianyam menjadi keranjang
  4. Tumpukan untuk pematang
  5. Mengisi kasur
  6. Ada yang dimakan
  7. Dibuat jaring ikan
Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:
  1. Penyaring limbah
  2. Stabilizator pantai
  3. Bahan untuk pabrik kertas
  4. Makanan
  5. Obat-obatan
  6. Sumber bahan kimia.
Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang lamun  masih belum banyak dikenal  baik pada kalangan akdemisi maupun  masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumnbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan  fungsi ekologisnya. Ekosistem padamg lamun memiliki atribut ekologi yang penting yang berhubungan dengan sifat fisika, kimia dan proses biologi antar ekosistem di wilayah pesisir dan proses keterkaitan ke tiga ekosistem ini Kerusakan Padang Lamun
Kerusakan yang terjadi pada padang lamun dapat disebabkan oleh natural stress dan anthrogenik stress. Natural stress bias disebabkan gunung meletus, sunami, kompetisi, predasi. Sedangkan anthrogenik stress bisa disebabkan :
  • Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.
  • Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh sinar matahari).
  • Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuntuk tambak memupuk tambak).
  • Water polution (logam berat dan minyak).
  • Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihandan cara penangkapannya yang merusak.

Minggu, 13 Mei 2012

Jurnal Laporst Pasang Surut



BAB 1
PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Pasut (Tides) berasal dari bahasa Inggris kuno (Anglosakson) yang berarti musim. Pasang surut (pasut) ialah proses naik turunnya muka air laut secara periodik (hampir teratur), dibangkitkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari (http://www.slideshare.net).
            Pasang surut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di luar materi itu berada. Gelombang pasang (tidal waves) adalah gelombang yang mempunyai periode antara 12 jam sampai dengan 24 jam, disebabkan adanya gaya gravitasi dan percepatan gaya coriolis, tumbuh akibat gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan.
            Pasang surut terjadi disebabkan gaya tarik menarik antara matahari dan bumi, bumi dan bulan, serta matahari-bulan dan bumi. Gaya tarik menarik antara bumi dan palnet lainnya kecil, sehingga bisa diabaikan. Gerakan-gerakan yang penting dalam sistem matahari-bumi-bulan adalah revolusi dari bumi mengitari matahari dan revolusi bulan mengelilingi bumi. Bidang dimana bumi mengitari matahari disebut bidang “ecliptic”, sumbu roasi bumi membuat sudut dengan bidang Ecliptic ini sebesar (Soebyakto, 2009).






1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat meramal tipe pasang surut di suatu daerah berdasarkan ketinggian rata-rata pasut menggunakan metode Admiralty dan menghitung jumlah terjadinya suatu tinggi muka air laut/distribusi frekuensi muka air.





BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA



2.1  Definisi Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.  Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat  rotasi.  Gravitasi  bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.  Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.  Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut.  Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.



2.2 Teori Pasang Surut

2.2.1 Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727).  Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif.  Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966).  Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).

2.2.2  Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya.  Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif.  Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut.  Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.

Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kedalaman perairan dan luas perairan
2. Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
3. Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect).  Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri.  Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub.  Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.  
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.


2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan  teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.  Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.  Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.  Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut.  Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994).
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari.  Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan.  Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik.  Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994).
Gambar 1. Pasang perbani

Gambar 2. Pasang purnama
2.4 Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut.  Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3. Pasang surut campuran 
Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut  Andaman.
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) 
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

         (AO1+AK1)
F=    ___________
         (AM2+AS2)

Tipe pasang surut dapat ditentukan menggunakan rumus Formzahl

dimana:
AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AK1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

Dimana :
F ≤ 0.25           : Pasut ganda
0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal
1.5 < F ≤ 3.0   : Pasut campuran dominan ganda
F > 3.0             : Pasut campuran dominan tunggal


2.5 Arus Pasut
Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut.  Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat,        sehingga menimbulkan arus pasut (Tidal current).  Gerakan arus pasut dari laut   lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor           yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman                      (Mihardja et,. al 1994).  
Menurut King (1962), arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas.
Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal.  Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi batas. 


2.6  Alat-alat Pengukuran Pasang Surut

2.6.1 Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter.  Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut.  Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat.


Syarat pemasangan papan pasut adalah :
1. Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air
2. Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air).
3. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
4. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus
5. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya  dermaga sehingga papan mudah dikaitkan
6. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
7. Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil
8. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah

2.6.2  Tide Gauge
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis.  Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer.  Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu : 
1. Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).  Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
2. Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).  Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.

2.6.3. Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3.  Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi.  Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut.  Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal.  Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis).  Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (http://gdl.geoph.itb.ac.id)


2. 7  Pasang Surut di Perairan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar.  Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi.  Gambar 15 memperlihatkan peta pasang surut wilayah lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah lepas laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut cukup tinggi antara lain wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan muara sungai di selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003).
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam.  Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam.  Di Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut.  Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol.  Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80.  Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal.  Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter.  Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura yang mencapai 3 meter.  Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono, 2007).

Gambar 9. Pasang Surut di Indonesia

BAB 3
METODOLOGI



3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum antara lain komputer atau laptop, data Software Pasut.


3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain data pasut Belawan dan data Sibolga.


3.3 Langkah-langkah Kerja
Langkah-langkah mengolah data pasut Belawan dan Sibolga antara lain:
1. Buka folder “Pasut” pada desktop.
2. Pilih Microsoft excel dari “Metode Admiralty”.
3. Perhatikan tabel-tabel yang ada pada “Sheet A”.
4. Perhatikan hasil akhir dari tabel-tabel di atas.
5. Buka software “Pasut”.
6. Klik “Perintah” lalu pilih “File Baru”.
7. Isi nama stasiun dengan nama “Belawan”.
8. Kosongkan lokasi bujur dan lintang, tetapi isi yang lainnya (Amplitudo dan Fasa) dengan nilai:

            SO       =          81,3 cm
            M2       =          27,0 cm           =          430 deg
            S2        =          14,8 cm           =          278 deg
            N2       =          8,3 cm                         =          416 deg
            K1       =          12,1 cm           =          444 deg
            O1       =          11,9 cm           =          309 deg
            P1        =          4,0 cm                         =          444 deg
            M4       =          1,2 cm             =          842 deg
            MS4    =          1,8 cm             =          413 deg
9. Klik “Ok” dan save dengan nama baru.
10. Buka kembali software “Pasut” dan klik “Perintah” lalu pilih “Buka File”.
11. Buka file yang disimpan tersebut dengan mengklik “File” dan “Open”.
12. Muncul tabulasi kecil dan klik “Ok”.
13. Untuk data pasut Sibolga, buka excel ”Sheet 1” dan kolom berikutnya dengan menambahkan 1 dari kolom sebelumnya dan enter.
14. Tarik ujung blok setiap kolom agar beraturan ke bawah dan lakukan ini sampai kolom 10.
15. Untuk kolom 11-15 gunakan nilai kolom pertama sampai kelima lalu klik ”File” lalu ”Save”.


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil
Berdasarkan data pasut Belawan sebagai berikut:


Berdasarkan data pasut Sibolga sebagai berikut:

Perhitungan Tipe Pasut Belawan:
         (AO1+AK1)
F=    ___________
         (AM2+AS2)
         11,9 + 12,1
F=  ____________   =  0,574 (Pasut Tunggal)
          27,0 + 14,8
dimana:
AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AK1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Dimana :
F ≤ 0.25           : Pasut ganda
0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal
1.5 < F ≤ 3.0   : Pasut campuran dominan ganda
F > 3.0             : Pasut campuran dominan tunggal
4.2 Pembahasan
Pasang surut Belawan mempunyai nilai bilangan Formzahl sebesar 0,574. Hal ini menunjukkan bahwa pasang surut di Belawan merupakan pasang tunggal berdasarkan kelompok nilai bilangan Formzahl. Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.
            Menurut Wyrtki (1961), faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan  teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan.
            Data pasut Sibolga hanya memiliki nilai dalam sehari, sebab pengukuran pasut dilakukan satu hari saja. Data pasut suatu daerah dapat diolah apabila minimal 15 hari pengukuran dilakukan.
            Pasang surut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di luar materi itu berada. Gelombang pasang (tidal waves) adalah gelombang yang mempunyai periode antara 12 jam sampai dengan 24 jam, disebabkan adanya gaya gravitasi dan percepatan gaya coriolis, tumbuh akibat gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan.
             Pasang surut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di luar materi itu berada. Gelombang pasang (tidal waves) adalah gelombang yang mempunyai periode antara 12 jam sampai dengan 24 jam, disebabkan adanya gaya gravitasi dan percepatan gaya coriolis, tumbuh akibat gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan.


BAB 5
KESIMPULAN



Pasang surut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di luar materi itu berada. Gelombang pasang (tidal waves) adalah gelombang yang mempunyai periode antara 12 jam sampai dengan 24 jam, disebabkan adanya gaya gravitasi dan percepatan gaya coriolis, tumbuh akibat gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan.
            Pasang surut Belawan mempunyai nilai bilangan Formzahl sebesar 0,574. Hal ini menunjukkan bahwa pasang surut di Belawan merupakan pasang tunggal berdasarkan kelompok nilai bilangan Formzahl. Data pasut Sibolga hanya memiliki nilai dalam sehari, sebab pengukuran pasut dilakukan satu hari saja. Data pasut suatu daerah dapat diolah apabila minimal 15 hari pengukuran dilakukan


DAFTAR PUSTAKA



Anonymous, 2010. Pasang Surut. http://www.slideshare.net [1 Mei 2011].
Anonymous, 2010. Pasang Surut. http://www.slideshare.net [3 Mei 2011].
Anonymous. 2011. Bilangan Formzahl.  http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id           
Anonymous. 2011. Pasang Surut Air Laut. http://intl.feedfury.com [12-03-2011].
Diposaptono, dkk. 2007. Pasang Surut Indonesia. Piranti, Jakarta.
Soebyakto, dkk. 2009. Kelautan. Tiga Serangkai, Jakarta.